oleh

Andai Saja Kapten Madrid Menyaksikan Laga Ajax Lawan Bayern

Andai Saja Kapten Madrid Menyaksikan Laga Ajax Lawan Bayern

7upcash – Fantastis. Memang fantastis kemenangan 4-1 yang dicapai Ajax Amsterdam di kandang Madrid pada leg II Liga Champions, Rabu (6/3/2019) pagi hari WIB. Hadir dengan kekalahan 1-2, mereka tampil mengagumkan serta membuat sang juara bertahan tersisih. Andai Saja Kapten Madrid Menyaksikan Laga Ajax Lawan Bayern

Andai Saja Kapten Madrid Menyaksikan Laga Ajax Lawan Bayern

Apa ada itu satu kebetulan? Tentunya tidak. Semenjak babak group, debut Ajax telah spesial. Mereka tidak terkalahkan. Bahkan juga, 2x mereka meredam Bayern Munich. Diantaranya melalui comeback karena gol pada injury time di Johan Cruyff Ajang. Di Eredivisie juga mereka memikat walaupun cukup tergopoh-gopoh menguber PSV Eindhoven.

Rupanya itu semua lepas dari perhatian sebagian orang. Terpenting Sergio Ramos yang dengan pongah menyengaja memperoleh kartu kuning pada leg I set 16-besar, dua minggu lalu. Ia tidak sadar jika itu malah blunder. Di dalam tampilan team yang labil, menjadi pemimpin, ia malah membiarkan Real Madrid semakin melemah.

Misal saja melihat pertandingan Ajax versus Bayern pada 12 Desember lalu, Sergio Ramos tidak akan segegabah itu. Pada pertandingan itu, Ajax menunjukkan tidak cuma menjadi team dengan talenta-talenta bagus serta permainan ciamik, melainkan pun bermental kuat. Mereka dapat membuat gol keseimbangan sesudah balik ketinggalan oleh dua gol pada tiga menit mendekati pertandingan selesai.

Ajakan Melalui Video

Mentalitas bagus itu tidak lepas dari kemampuan kemauan Ajax musim ini. Untuk mengupasnya, kita mesti kembali pada musim panas 2018. Saat itu, raksasa Belanda itu melaunching satu video yang utamanya minta beberapa pemain utama tidak pergi untuk membuat suatu catatan bagus. Diantara beberapa pemain yang berada di video itu, cuma Justin Kluivert yang lalu geser.

“We believe in the legends of tomorrow. We believe in you. We believe in you like we believed in so many promising players before you. Players that wore the same shirt. Same colors. Colors that can help you write history. Colors that can help you become club legends.

But for those colors to do just that you need to win. You need to fight every inch. You need to fight for what’s yours. You need to fight. You need to stay for each other because it’s never just one player that brings home glory. It’s a tim of legends. It’s all of you. Become part of history. Write the future. TOGETHER.”

Demikianlah cerita yang berada di video itu. Satu ajakan untuk bersama menggurat sejarah serta jadi legenda klub. Kelihatannya, Ajax sadar jika musim ini mungkin peluang paling akhir buat generasi barunya mencapai keagungan bersama. Faktanya, Frenkie de Jong lalu diyakinkan geser ke Barcelona pada musim depan. Matthijs de Ligt akan menyusul geser ke klub lain.

Kemampuan kemauan yang diinspirasi oleh video pada musim panas 2018 itu yang jadi kemampuan rahasia Ajax. Tahu musim ini akan jadi musim paling akhir berpakaian Godenzonen, De Jong dkk. akan berusaha sekuat tenaga memberi yang terbaik. Hal tersebut penting akan mereka pergi menjadi pahlawan serta legenda baru.

Doping Terunggul

Kemampuan kemauan semacam ini juga yang dipakai Bayern Munich waktu mengguratkan rekor 4x juara berturut-turut di Bundesliga 1 pada 2015-16. Berdasar pada pembicaraan Marti Perarnau -yang diperkokoh dengan foto- di buku “Pep Guardiola: The Evolution”, tujuan mencatatkan sejarah itu dipampang di beberapa pojok markas klub berjuluk Die Roten itu.

Tentunya, kemampuan kemauan bukan hal yang mutlak. Akan tetapi, hal tersebut ialah tonik mahadahsyat untuk mengangkat performa di lapangan. Tidak ada doping yang lebih kuat dari itu. Kemauan kuat untuk menyelesaikan satu misi bersama dengan akan membuat suatu team dapat melalui tiap-tiap halangan.

Ajax selalu tunjukkan hal tersebut pada musim ini. Terpenting di Liga Champions. Tiap-tiap mengambil langkah ke lapangan untuk melawan siapa juga, Dusan Tadic cs. demikian penuh gairah serta kepercayaan. Kemungkinan besar tujuan penting mereka memang memenangkan arena ini. Pelatih Erik ten Hag juga mengaku kepercayaan itu yang membuat mereka menggurat malam fantastis di Santiago Bernabeu.

Demikian sebaliknya, misi jelas, kepercayaan, serta kemauan kuat itu yang hilang dari Real Madrid musim ini. Sesudah memenangkan Liga Champions tiga kali berturut-turut, Los Blancos seakan tidak miliki tujuan tentu. Itu diperburuk oleh kepergian Zinedine Zidane serta Cristiano Ronaldo. Tidak bingung jika klub itu seperti serbasalah selama musim ini.

Madrid selalu serbasalah. Apapun langkah yang diambil selalu salah. Tidak kecuali saat Sergio Ramos menyengaja memperoleh kartu kuning pada lawatan ke Johan Cruyff Ajang. Itu jadi satu putusan dungu, sedungu kenaifan mereka tidak melihat baik-baik pertandingan Ajax versus Bayern pada babak group.