Dua Desa yang Berduka Atas Kecelakaan Pesawat Emiliano Sala
7upcash – Hari-hari ini, janganlah bingung jika beberapa orang tidak henti hadir ke gereja di Cululu serta Progreso, Santa Fe, Argentina. Hari-hari ini, janganlah bingung jika beberapa orang di kedua kampung itu murung serta bicara 1/2 berbisik. Mereka tengah berduka oleh kecelakaan pesawat yang dihadapi Emiliano Sala. Dua Desa yang Berduka Atas Kecelakaan Pesawat Emiliano Sala
Masyarakat di kedua kampung itu demikian terpukul oleh berita jelek itu. Mereka memanjatkan doa supaya Tuhan turunkan mukjizat-Nya buat Emiliano Sala. Di dalam berita tentu yang tidak jua datang, mereka belumlah berputus harapan. Saat belumlah diyakinkan wafat, bermakna hidup masih tetap satu peluang.
Tidak butuh bingung jika kedua kampung itu begitu berduka. Di kedua kampung itu, Emiliano Sala ialah figur stimewa. Cululu, di sanalah pemain yang semestinya mulai berbaju Cardiff City itu dilahirkan pada 31 Oktober 1990. Mengenai Progreso ialah kampung tempat sang pemain tumbuh serta berkembang.
Selasa (22/1/2019), saat berita pesawat yang ditumpangi Emiliano Sala hilang kontak, beberapa masyarakat mulai banyak yang datang ke gereja. Pada jam 11.00 waktu ditempat, 300 masyarakat Cululu serta 3.700 masyarakat Progreso saling bergabung di gereja. Mereka memohonkan keselamatan buat sang pemuda.
“Kami semua kaget serta kuatir. Selama pagi, ada serangkaian kebaktian yang dibarengi oleh beberapa masyarakat. Kami benar-benar tidak memercayai apakah yang berlangsung,” jelas Alberto Gudino, Sektretaris Club San Martin, tempat Sala bermain sampai usia 15 tahun seperti diambil dari Todo Noticias.
Seseorang kerabat Sala, Dario Rudolf, tahu benar keinginan lihat Emiliano Sala pulang dengan selamat termasuk kecil. “Kami tahu info paling akhir. Akan tetapi, kami masih tetap mengharap pada keajaiban. Saat belumlah ada konfirmasi, kami masih tetap miliki keinginan,” jelas ia.
Buat masyarakat Cululu serta Progreso, Emiliano Sala tidak cuma seorang pesepak bola. Ia ialah pujaan serta figur kebanggaan. Mereka tidak sempat henti ikuti debut striker berusia 28 tahun itu. Apalagi, tiap-tiap tahun, sekurang-kurangnya sebulan ia habiskan waktu disana waktu libur pertandingan.
Saat Sabtu lalu Emiliano Sala sah diambil Cardiff City dari FC Nantes, kebanyakan orang disana suka bukan kepalang. Mereka diliputi kebanggaan sebab ada orang dari kampung itu yang akan berkiprah di Premier League, liga sangat glamor di muka bumi. Sekarang, keceriaan itu bertukar duka.
Gudino selalu teringat masa-masa Emiliano Sala membela San Martin. Ia juga ingat saat-saat sang striker habiskan berlibur di Progreso. “Bagi kami, ia ialah sisi dari keluarga. Ini benar-benar membuat kami begitu terpukul,” kata ia.
Gudino lalu memberikan, “Di sini cuma ada dikit orang hingga kami sama-sama kenal satu sama lain. Saat Emiliano kembali, bermakna ada satu bagian keluarga yang hadir. Ia belum pernah memutuskan jalinan dengan kami.”
Mengenai buat rekan-rekannya, kehilangan Emiliano Sala bermakna tanpa lagi kebersamaan tiap-tiap Jumat waktu ia pulang. Telah jadi kebiasaan buat sang penyerang untuk membuat barbecue. “Dia seorang yang rendah hati serta tidak melupakan akarnya,” canda seorang partnernya.
Di dalam usaha penelusuran yang belumlah temukan titik jelas. Di dalam harapan yang semakin tipis bersamaan pesimisme yang diembuskan beberapa petugas lapangan yang lakukan penelusuran. Di dalam duka dari seluruh seluruh dunia. Senegap masyarakat Cululu serta Progreso selalu berdoa, minta Tuhan turunkan mukjizat-Nya.
Emiliano Sala sudah kembali memperingatkan pada kita mengenai satu perihal. Itu ialah mengenai seperti apakah kita ingin dikenang waktu maut menjemput serta dunia mesti dibiarkan.